LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
SISTEMATIKA TUMBUHAN CRYPTOGAMAE
Disusun guna memenuhi syarat untuk mengikuti responsi
Disusun oleh :
Kelompok 36
(Thallus)
Hevi Al Azizah Riani (A420100166)
Nur Fitria Husnul. K (A420100167)
Ahmad Sidiq (A420100168)
Novita Dwi Indriyani (A420100170)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini telah
diperiksa dan disahkan oleh pembimbing kegiatan praktikum Sistematika Tumbuhan
Cryptogamae pada :
Hari :
Tanggal :
Nilai :
|
Surakarta,
Desember 2012
Pembimbing PKL
Aditya Noor Cahya. P
|
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
Laporan Praktik Kerja Lapangan Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Pada
kesempatan kali ini, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat,
anugerah serta kesempatan bernafas, dan terus mencoba untuk berkarya guna
menjadi seseorang yang lebih baik bagi diri, keluarga serta orang lain, sebagai
salah satu cermin ungkapan syukur kami atas segala kehidupan yang telah Kau
anugerahkan pada kami.
2.
Ibu Titik Suryani, ibu Siti Kartika Sari selaku
dosen mata kuliah dan pembimbing praktikum Sistematika Tumbuhan Cryptogamae.
3.
Segenap Asisten Dosen Praktikum Sistematika
Tumbuhan Cryptogamae yang telah banyak membantu dan membimbing selama dan
setelah kegiatan praktikum ini.
4.
Rekan-rekan baik yang satu kelompok ataupun
dari kelompok lain dengan pemikiran, seran, dan referensi yang berguna dalam
penyusunan laporan ini.
Dengan ini kami tidak lupa untuk mohon maaf
atas segala kekurangan, kelemahan dan kesalahan yang melekat dalam isi laporan
ini, seperti kata pepatah tiada gading yang takkan pernah retak. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun demi penyusunan laporan yang lebih baik
lagi dimasa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan.
|
Surakarta, Desember 2012
Praktikan
|
MOTTO
“ Rasa
takut sebenarnya sangat erat kaitannya dengan upaya yang dilakukan oleh
seseorang agar terhindar dari bahaya atau keadaan yang menyakitkan “
“Kreatifitas
tidak selalu lahir dari ilmuwan besar namum bisa pula lahir dari seorang anak
biasa.”
“Keraguan
adalah kegagalan sebelum bertanding”
“Kalau
ingin sukses lupakan alasan, kalau mau alasan lupakan sukses”
“Kalau Tuhan menutup pintu, ditempat lain Dia
membukakan jendela untuk kita”
“Waktu adalah harta, maka kita harus
mendapatkan hasil dari setiap detiknya”
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Pembelajaran
pendidikan biologi dimulai dari pemahaman materi kecil sampai pada tingkat yang
lebih terperinci. Salah satunya dalam mata kuliah Sistematika Tumbuhan
Cryptogamae. Pada bab ini kita diperkenalkan bagaimana memberi nama atau tata
nama dalam suatu tumbuhan pada struktur tertentu. Tentunya selain dibahas
dibangku perkuliahan, materi tentang Sistematika Tumbuhan Cryptogamae dapat
dipelajari melalui kegiatan praktikum. Dimana dalam kegiatan praktikum
praktikan dapat lebih memahami sistematika yang lebih jelas yang tidak
didapatkan diperkuliahan.
Dalam
pemahaman tiap-tiap subbab dalam praktikum, mahasiswa diberikan modul yang
berisi tentang tingkatan-tingkatan subbab yang lebih memudahkan dalam
mempelajari. 3 bab yang berkaitan dalam pembuatan laporan ini adalah tentang
Algae, Bryophyta dan Pteridophyta. Sistem
pembelajaran dalam pemahaman pada Divisio Algae ini dilakukan dengan Praktik
Kerja lapangan pada 2 pantai didaerah Yogyakarta, yaitu pantai Kukup dan pantai
Krakal. Sedangkan pada divisio yang lainnya mahasiswa mencari di sekitar kampus
atau tempat-tempat tertentu. Mahasiswa mencari species dari masing-masing divisio
untuk diidentifikasi agar mahasiswa lebih memahami karakteristik species dari divisio-divisio
tersebut di lingkungan yang tidak didapatkan selama berada di laboratorium.
B. TUJUAN
1.
Bagaimana karakteristik dari species Divisio
Algae yang didapatkan di Pantai Kukup dan Pantai Krakal, Yogyakarta ?
2.
Bagaimana karakteristik dari species Divisio
Bryophyta dan Divisio Pteridhopyta yang didapatkan?
C. MANFAAT
1.
Membantu dalam pemahaman mahasiswa tentang
karakteristik species yang telah didapatkan.
2.
Membentuk
kerjasama yang erat dalam pencarian dan identifikasi.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Taksonomi
tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari penelusuran, penyimpanan contoh,
pemerian, pengenalan (identifikasi), pengelompokan (klasifikasi), dan penamaan tumbuhan. Ilmu
ini merupakan cabang dari taksonomi. Taksonomi tumbuhan (juga hewan) sering kali
dikacaukan dengan sistematika tumbuhan
dan klasifikasi tumbuhan. Klasifikasi tumbuhan adalah bagian dari taksonomi
tumbuhan. Sistematika tumbuhan adalah ilmu yang berkaitan sangat erat dengan
taksonomi tumbuhan. Namun demikian, sistematika tumbuhan lebih banyak
mempelajari hubungan tumbuhan dengan proses evolusinya. Dalam
sistematika bantuan ilmu seperti filogeni dan kladistika
banyak berperan. Di sisi lain, taksonomi tumbuhan lebih banyak mempelajari
aspek penanganan sampel-sampel (spesimen) tumbuhan dan
pengelompokan (klasifikasi) berdasarkan contoh-contoh ini. Ilmu taksonomi
tumbuhan mengalami banyak perubahan cepat semenjak digunakannya berbagai teknik
biologi molekular dalam berbagai kajiannya. Pengelompokan spesies ke dalam
berbagai takson sering kali berubah-ubah tergantung dari sistem
klasifikasinya.
A.
ALGAE
Dalam dunia tumbuhan
ganggang termasuk kedalam dunia tallopyta (tumbuhan talus), karena belum
mempunyai akar, batang dan daun secara jelas. Tumbuhan ganggang ada yang bersel
tunggal dan juga ada yang bersel banyak dengan bentuk serupa benang atau
lembaran. Tubuh ganggang terdapat zat warna (pigmen), yaitu : Fikosianin untuk
warna biru, klorofil menghasilkan warna hijau, fikosantin menghasilkan warna
perang/ coklat, fikoeritrin menghasilkan warna merah, karoten menghasilkan
warna keemasan, xantofil menghasilkan warna kuning. Ganggang bersifat autotrof
(dapat menyusun makanannya sendiri). Hampir semua ganggang bersifat eukaryotik.
Habitat hidupnya di air tawar, laut dan tempat-tempat yang lembab. Ganggang
terbagi menjadi beberapa kelas :
1. Cyanophyta (ganggang biru), masih prokaryotik.
2. Chlorophyta (ganggang hijau)
3. Chrysophyta (ganggang keemasan)
4. Phaeophyta (ganggang coklat/ perang)
5. Rhodophyta (ganggang merah)
Ganggang merah (Rhodophyceae) adalah salah satu filum
dari alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini
disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen
klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini pada umumnya bersel banyak
(multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan
berbentuk berkas atau lembaran. Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai
bahan makanan (sebagai pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku
agar-agar). Alga merah sebagai bahan makanan memiliki kandungan serat lunak
yang baik bagi kesehatan usus. Terdapat
3000 spesies alga merah (divisi Rhodophyta) ditemukan di laut. Warna merah
dihasilkan oleh pigmen merah yang dominan yaitu fikoeritrin. Memiliki dinding
sel selulosa dan sangat peka terhadap cahaya. Pigmen merah mampu menyerap
cahaya biru dan ungu. Kebanyakan ditemui di air dalam dan berfilamen dengan
ketebalan, lebar aturan filamen yang berbeda.
Ganggang hijau adalah kelompok alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya.
Dalam taksonomi, semula
semua alga yang tampak berwarna hijau dimasukkan sebagai salah satu kelas dalam
filum/divisio Thallophyta, yaitu Chlorophyceae. Pengelompokan ini sekarang
dianggap tidak valid karena ia tidak monofiletik, setelah diketahui bahwa tumbuhan
merupakan perkembangan lanjutan dari anggota masa lalunya. Sebagai konsekuensi,
alga hijau sekarang terdiri dari dua filum: Chlorophyta dan Charophyta, yang
masing-masing monofiletik. Anggota alga hijau ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak,
berwujud berkas, lembaran, atau membentuk koloni. Spesies alga hijau yang
bersel tunggal ada yang dapat berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap.
Sel-sel alga hijau bersifat eukariotik (materi inti
dibungkus oleh membran inti). Pigmen klorofil
terdapat dalam jumlah terbanyak sehingga alga ini berwarna hijau, pigmen lain yang dimiliki adalah karotena dan xantofil. Komposisi ini juga dimiliki oleh sel-sel
tumbuhan modern. Klorofil dalam pigmen lain terdapat dalam kloroplas yang
bentuknya bermacam-macam antara lain mangkuk, gelang, pita spiral, jala dan
bintang. Di dalam kloroplas terdapat butiran padat yang disebut pirenoid yang
berfungsi untuk pembentukan tepung. Alga hijau merupakan golongan terbesar di
antara alga dan kebanyakan hidup di air tawar. Sebagian lagi hidup di darat, di
tempat yang lembap, di atas batang pohon, dan di laut Widhiastuti (2006).
B.
BRYOPHYTA
Tjitrosoepomo
(2010), menyatakan bahwa tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil
yang termasuk dalam Bryophytina (dari bahasa
Yunani bryum, "lumut"). Tumbuhan ini
sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun
belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum
memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun
tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan
pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini
terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang
dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber
hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
C.
PTERYDOPHYTA
Steenis (2006), menyatakan bahwa tumbuhan paku
(atau paku-pakuan) adalah sekelompok tumbuhan dengan sistem pembuluh sejati
(Tracheophyta,
memiliki pembuluh kayu dan pembuluh
tapis) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksi seksualnya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini
mempertahankan spora sebagai
alat perbanyakan generatifnya, sama
seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang
diketahui hampir 10.000, dengan perkiraan 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia.
Sebagian besar anggota paku-pakuan tumbuh di daerah tropika basah
yang lembab. Paku-pakuan cenderung ditemukan pada kondisi tumbuh marginal,
seperti lantai hutan yang lembab, tebing perbukitan, merayap pada batang pohon
atau batuan, di dalam kolam/danau, daerah sekitar kawah vulkanik, serta
sela-sela bangunan yang tidak terawat. Meskipun demikian, ketersediaan air yang
mencukupi pada rentang waktu tertentu diperlukan karena salah satu tahap
hidupnya tergantung pada keberadaan air, yaitu sebagai media bergeraknya sel
sperma menuju sel
telur.
BAB III
METODE
PELAKSANAAN
A.
WAKTU DAN PELAKSANAAN
1.
PKL di Pantai
Waktu : Minggu, 9 Desember 2012.
Pelaksanaan :
06.00 : Mahasiswa
berkumpul di Hall Masjid UMS.
06.30 : Perjalanan
menuju Pantai Kukup, Yogyakarta.
09.00 : Tiba di Pantai Kukup dan Melakukan pencarian
species yang sudah ditentukan.
11.00 : ISOMA (Istirahat, Solat, Makan).
13.00 : Perjalanan di Pantai Krakal dan melakukan
kegiatan pencarian serta mulai mengidentifikasi species yang telah di temukan.
16.00 : Perjalanan pulang ke UMS.
16.30 : Sejenak di pusat oleh-oleh.
17.30 : Melanjutkan perjalanan pulang.
19.30 : Tiba di UMS.
2.
PKL Mandiri
Waktu : 10
– 19 Desember 2012
Pelaksanaan : Di
lingkungan sekitar.
B.
PELAKSANAAN PKL
1.
Alat
a. Botol jem (2 Buah)
b. Botol
aqua (2 Buah)
c. Sarung
Tangan (4 Pasang)
d. Alat
tulis (Seperlunya)
e. Lembar
Pengamatan (Seperlunya)
f.
Gambar Species yang akan dicari
g. Buku
determinasi (1 Buah)
2.
Bahan
a.
Algae
1)
Gracilaria tikvahiae
2)
Ulva sp.
b.
Bryophyta
Riccia fluitans
c.
Pteridophyta
1) Davallia tyermannii
2) Pteris vitata
3.
Cara Kerja
a.
PKL
di Pantai
1)
Mencari
preparat algae yang terdapat di pantai krakal.
2)
Mendokumentasikan
tiep spesies yang ditemukan di pantai krakal.
3)
Mengamati
ciri-ciri morfologi dan habitat dari setiap spesies yang ditemukan.
4)
Mengklasifikasikan
dan mendiskripsikan setiap spesies yang ditenukan.
5)
Menyimpan
spesies-spesies algae yang ditemukan di dalam botol jeem
6)
Mengawetkan
algae yang ditemukan
b.
PKL Mandiri
1) Mencari lokasi di sekitar kampus yang terdapat
spesies dari bryophyta dan pteridhophyta.
2) Mendokumentasikan tiap spesies yang ditemukan.
3) Mengamati ciri-ciri morfologi dan
habitat dari setiap spesies yang ditemukan.
4) Mengklasifikasikan dan mendiskripsikan setiap
spesies yang ditemukan.
5) Membuat herbarium untuk species dari Diviso
Pteridophyta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1.
ALGAE
a.
Nama Daerah :
Alga merah (Rumput laut)
Nama Ilmiah :
Gracilaria
tikvvahiae
Gambar :
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Classis : Rhodophyceae
Sub classis : Florideae
Ordo : Nemastomales
Familia : Sphaerococcaceae
Genus : Gracilaria
Species : Gracilaria
tikvahiae
Deskripsi :
Gracilaria tikvahiae merupakan
rumput laut yang termasuk dalam kelas alga merah (Rhodophyceae). Alga ini
menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid yang disebut agar. Mempunyai
bentuk thallus silindris atau gepeng, namun pada Gracilaria tikvahiae
talusnya berbentuk silindris dengan percabangan dari yang sederhana sampai pada
yang rumit dan rimbun. Permukaan talusnya halus dan talus berwarna coklat kemerah-merahan.
Diameter talus berkisar antara 0,5 – 2 mm. Panjang dapat mencapai 30 cm atau
lebih. Alga ini menempel pada substrat yaitu pada rataan terumbu dan terkikis
kapur (pada batu kapur). Struktur organnya terdiri dari thallus, rhizoid, dan
substrat.
Gracilaria tikvahiae mampu
menghasilkan spora (tetraspora dan karpospora) untuk reproduksinya. Habitatnya
di air laut (pantai). Pertumbuhannya lebih baik di tempat dangkal daripada
tempat dalam. Kromatofora berbentuk cakram, mengandung klorofil-a dan karetonoid, tetapi
warna itu tertutupi oleh fikoeritrin. Alga ini terkenal sebagai penghasil
agar-agar.
b.
Nama Daerah :
Ganggang Hijau (Selada laut)
Nama Ilmiah :
Ulva
sp
Gambar :
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Thallophyta
Sub divisi : Algae
Classis : Chlorophyceae
Ordo : Ulotrichales
Familia : Ulvaceae
Genus : Ulva
Species : Ulva sp.
Deskripsi :
Ulva sp. termasuk ganggang hijau. Talusnya berwarna
hijau, karena mengandung klorofil-a dan klorofil-b serta karetenoid, hasil
asimilasi berupa tepung dan lemak. Talusnya berbentuk seperti lembaran daun,
menyerupai daun selada. Habitatnya adalah dilaut dan menempel pada batu karang
yang terletak diperairan pantai, kira-kira 0-10 meter dari tepi pantai.
Struktur organnya terdiri dari rhizoid, klorofil, dan thallus. Merupakan alga
yang berbentuk heterothalik, berkembangbiak secara aseksual dengan oospora
berflagel empat yang terbentuk pada sel-sel vegetatif, sedangkan secara
aseksual dengan peleburan sel-sel kelamin. Ulva
sp. merupakan ganggang hijau yang sel-selnya selalu mempunyai satu inti dan
kloroplas. Talusnya terdiri dari dua lapis sel yang membentuk struktur seperti
parenkim.
2.
BRYOPHYTA
a.
Nama Daerah :
Lumut Hati
Nama Ilmiah :
Riccia
fluitans
b.
Gambar :
c. Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Bryophyta
Classis : Hepaticae
Ordo : Marchantiales
Familia : Ricciaceae
Genus : Riccia
Species : Riccia
fluitans
d. Deskripsi :
Talus
pada Riccia fluitans berbentuk
seperti pita, kurang lebih 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging,
bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah yang tidak begitu
menonjol. Thallus berwarna hijau, karena mengandung klorofil. Pada sisi bawah
terdapat sisik-sisik perut dan rhizoid-rhizoid yang bersifat fototrop negative.
Permukaan atas talus mempuyai lapisan kutikula sehingga hampir mungkin dilalui
air. Sisa-sisa jaringan-jaringan talus berupa sel-sel yang tidak mengandung
klorofil dan berguna sebagai tempat penimbunan zat makanan cadangan. Habitatnya
ditempat basah atau lembab dan terlindungi dari cahaya matahari. Menempel atau
substratnya pada tanah atau bebatuan. Reproduksi secara vegetatif dan
generatif. Reproduksi secara vegetatif berupa cabang adventif, umbi atau gemma,
organ reproduksi jantan berupa antheridia dan betina berupa archegonia.
Struktur organ terdiri dari gametofit berupa thallus dan rhizoid, serta
sporofit terdiri dari archegonium, archegoniofor, antheridium, dan
antheridiofor.
3. PTERIDOPHYTA
a.
Nama Daerah : Paku sumur
Nama
Ilmiah : Davallia tyermannii
b.
Kunci Determinasi :
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b ..........................................Familia
Polypodiaceae
1b, 5b,
10b, 13b, 15b ……Genus Davallia
Species Davallia tyermannii
c.
Gambar :
d.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Sub classis : Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Familia : Polypodiaceae
Sub familia : Davalliaceae
Genus : Davallia
Species : Davallia
tyermannii
Deskripsi :
Davallia
tyermannii memiliki perawakan herba, tumbuhnya merumpun
tetapi ukurannya kecil. Daun berbentuk segitiga, menyirip rangkap, tangkai
panjangnya 15 – 60 cm, anak daun bulat telur memanjang, beringgit, bergerigi
dengan urat-urat yang bebas. Helaian daun berbentuk segitiga dan tepi yang
bergerigi serta daun yang kaku. Daun berwarna hijau sampai hijau tua. Batangnya
berbentuk rimpang. Tangkai atau batangnya berwarna coklat kehitaman. Rimpangnya
merayap dan memperlihatkan batang yang nyata. Paku ini dapat tumbuh pada tanah-tanah
cadas, karang, atau batu-batu. Banyak dijumpai pada batang jenis palem. Umumnya
menumpang pada tumbuhan lain. Struktur organnya terdiri dari sorus, folium,
caulis, radix, dan daun muda. Reproduksi secara sporofit dengan menghasilkan
spora dan gametofit dengan menghasilkan sel gamet. Pada tumbuhan paku, sporofit
berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama dibandingkan generasi
gametofit. Sorusnya berbentuk bulat atau memanjang, terdapat disisi bawah daun,
sepanjang tepi atau dekat dengan tepi daunnya. Tumbuhan ini merupakan paku
epifit pada pohon atau batuan.
Nama Daerah : Paku tanah
Nama Ilmiah : Pteris
vitata
Gambar :
Kunci Determinasi :
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 2b, 25b, 26b
……………….......................... Familia Polypodiaceae
1b, 5b,
10b, 13a, 14b …………Genus Pteris
Species Pteris vitata
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Sub classis : Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Familia : Polypodiaceae
Sub familia : Pteridaceae
Genus : Pteris
Species : Pteris
vitata
Deskripsi :
Pteris
vitata termasuk paku tanah. Daunnya sporofit (daun
fertil) yaitu daun yang berfungsi menghasilkan spora, sebagai organ
fotosintesis. Daun muda menggulung dan akan membuka jika telah dewasa. Bentuk
daunnya memanjang, tepinya rata, ujung daunnya setengah meruncing, daunnya
berhadapan bersilang, teksturnya selaput berupa helaian, dan permukaan daunnya
kasar. Daun berwarna hijau, karena mengandung klorofil. Batang berupa rimpang,
karena pada umumnya arah tumbuhnya menjalar atau memanjat, meskipun ada yang
tegak. Bentuk batang tumbuhan paku ini panjang dan ramping. Permukaannya kasar
dan ditumbuhi rambut-rambut halus. Batang berwarna coklat sampai coklat
kehitaman dan bercabang. Akar pada pangkal rimpang yang tegak dan bentuk
akarnya tipis, kasar, serta akar berwarna coklat tua. Struktur organ terdiri
dari akar, batang, daun, sorus, indisium, dan percabangan. Habitat hidup di
tanah, tembok, dan tebing terjal. Kebanyakan menempel pada substrat berupa batu
atau tebing pada tebin sungai, yang menyukai kelembapan. Rimpangnya menjalar
pada permukaan batuan dan akarnya masuk ke celah-celah batu. Tumbuhan paku ini
berkembangbiak dengan cara vegetative dan generative. Perkembangbiakan
generative dimulai dengan pembentukan spora yang dihasilkan oleh sporangium.
Jika spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh dan
berkembang menjadi protalus (protalium) atau gametofit. Spora berkecambah
membentuk gametofit yang homotalus (berumah satu), di luar batas dinding spora.
B. PEMBAHASAN
Klasifikasi merupakan cara memilah dengan
mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu berdasrkan
kesamaan morfologi, anatomi, fisiologi, biokimia, dan hubungan kekerabatan. Tujuan
dari klasifikasi yaitu : Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan
tiap-tiap jenis, agar mudah dikenal, Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan
persamaan ciri, Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup,
Mempelajari evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya. Sedangkan manfaat
dari klasifikasi itu sendiri adalah Untuk mempermudah dalam mempelajari
organisme yang beraneka ragam dan untuk melihat hubungan kekerabatan antar
makhluk hidup yang satu dengan yang lain. Dalam melakukan klasifikasi harus
mengacu pada berbagai hal yang merupakan dasar-dasar klasifikasi yaitu :
Berdasarkan Persamaan, Berdasarkan Perbedaan, Berdasarkan Manfaat, Berdasarkan
Ciri Morfologi dan Anatomi, Berdasarkan Ciri Biokimia, Berdasarkan genetic.
Sistematika tumbuhan cryptogamae mempelajari
berbagai tentang tumbuhan tingkat rendah. Mulai dari cri-cir morfologi,
pengklasifikasiannya, serta manfaatnya bagi kehidupan. Didalam sistematika
tumbuhan crypogamae terdapat 3 divisi yang dibahas didalamnya yaitu: divisi
thallophyta, bryophyta dan pteridophyta. Divisi thallophyta meliputi tumbuhan
yang tubuhnya berbentuk talus. Yang disebut talus yaitu tubuh tumbuhan yang
belum dapat dibedakan antara akar, batang dan daun. Tubuh yang berupa talus itu
mempunyai struktur dan bentuk dengan variasi yang sangat besar, dari yang
terdiri dari satu sel berbentuk bulat hingga banyak sel dengan bentuk
yang kadang-kadang mirip dengan kormus tumbuhan tingkat tinggi.
1.
Sub
Divisi Algae
Algae
atau tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air
tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati tempat yang lembab.
Yang hidup di air ada yang bergerak aktif ada yang tidak. Jenis-jenis yang
hidup bebas di air, terutama tumbuhan yang bersel tunggal dan dapat bergerak
aktif merupakan penyusun plankton, tepatnya fitoplankton. Walau tubuh ganggang
menunjukkan keanekaragaman, tetapi semua selnya selalu jelas mempunyai inti dan
plastid, dan di dalam plastid terdapat derivate klorofil yaitu klorofil-a atau
klorofil-b atau kedua-duanya. Selain derivate klorofil terdapat pula zat warna
lain , dan zat warna inilah yang justru kadang-kadang lebib memonjol dan
menyebabkan kelompok-kelompok ganggang tertentu diberi nama sesuai dengan warna
tadi. Zat warna tersebut berupa fikosianin (berwarna biru), fikosantin (berwarna pirang), fikoeritrin (berwarna merah). Selain itu
juga sering ditemukan santofil dan karotin.
Divisi
algae dibagi menjadi 7 classis yaitu Flagellate, Diatimeae, Chlorophyceae,
Conjugatae, Charophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae. Sedangkan pada praktikum
ini hanya ada 2 classis saja yang diamati yaitu Rhodophyceae dan Chlorophyceae.
Ganggang
merah (Rhodophyceae) adalah salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna
atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen
fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan
xantofil. Alga ini pada umumnya bersel banyak (multiseluler) dan makroskopis.
Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran.
Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi sebagai bahan makanan (sebagai
pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan baku agar-agar). Alga merah
sebagai bahan makanan memiliki kandungan serat lunak yang baik bagi kesehatan
usus. Terdapat 3000 spesies alga merah (divisi Rhodophyta) ditemukan di laut.
Warna merah dihasilkan oleh pigmen merah yang dominan yaitu fikoeritrin.
Memiliki dinding sel selulosa dan sangat peka terhadap cahaya. Pigmen merah
mampu menyerap cahaya biru dan ungu. Kebanyakan ditemui di air dalam dan
berfilamen dengan ketebalan, lebar aturan filamen yang berbeda. Contohnya
: Gigartina, Porphyra.
Pada
classis chlorophyceae sel-selnya mempunyai kloroplas yang berwarna hijau,
mengandung klorofil-a dan klorofil-b serta karotenoid. Pada kloroplas terdapat
pirenoid, hasil asimilasi berupa tepung dan lemak. Perkembangbiakan terjadi
secara aseksual dengan membentuk zoospore dan secara seksual dengan anisogami.
Chlorophyceae terdiri atas sel-sel kecil yang berupa koloni berbentuk benang
yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai
kormus tumbuhan tingkat tinggi. Biasanya hidup di air tawar, merupakan penyusun
suatu plankton atau sebagai bentos.yang bersel besar biasanya hidup di air
laut, terutama dekat pantai. Ada jenis-jenis chlorophyceae yang hidup pada
tanah-tanah yang basah, bahkan ada di antaranya yang bertahan pada keadaan
kering.
Dari
praktek kerja lapangan yang telah kami lakukan kami mendapat tugas mencari 2
spesies algae di pantai krakal berupa 1 spesies dari chlorophyceae yaitu Ulva sp dan 1 spesies dari
classis rhodophyceae yaitu Gracilaria tikvahiae.
a.
Ulva sp.
Ulva sp. adalah
alga yang berbentuk heterothalik, berkembang biak secara aseksual dengan
oospora berflagel empat yang terbentuk pada sel-sel vegetatif. Ulva sp. tidak memiliki akar,
batang dan daun sejati. Tubuh seperti ini dinamakan talus. Di dalam sel Ulva sp. terdapat plastida yaitu
organel sel yang mengandung zat warna (pigmen). Plastida yang terdapat pada
alga ini terutama kloroplas mengandung pigmen klorofil yang berperan penting
dalam proses fotosintesis. Sehingga alga ini bersifat autrotof karena dapat
menyusun sendiri makanannya berupa zat organik dan zat-zat anorganik. Pada
umumnya berbentuk seperti lembaran daun. Dinding selnya menghasilkan lendir.
Ulva sp. banyak
dijumpai dipantai berdasar batu karang mati terutama pada rataan terumbu
karang. Alga ini mudah terlepas dari substratnya oleh ombak yang kuat dan arus
yang deras. Pada pasang tinggi dengan arus yang kuat alga ini dapat terlempar
ke tepi pantai sehingga pada waktu surut banyak yang mengering.
Ulva sp. banyak
dijumpai di pantai kupang dan pulau-pulau Indonesia bagian timur.
1) Habitat
: terdapat di dasar pantai berbatu/pasir.
2) Morfologi
:
a)
Tallus pada tumbuhan ini menyerupai kipas,
dimana bentuk tubuhnya pipih.
b)
Berbentuk lembaran yang tipis.
c)
Menempel pada batu dan tanah.
3) Anatomi
a)
Terdapat kloroplas, dimana di dalam kloroplas
terdapat perenoid yang berfungsi dalam pembentukan amilum.
b)
Mengandung zat warna hijau (Klorofil) sehingga
berwarna hijau (Chlorophyta).
4) Reproduksi
Reproduksi vegetative dengan cara fragmentasi,
sel koloni menghasilkan zoospora, sedangkan generative dengan konjugasi sel
gamet yang dilepaskan dari induknya menghasilkan zigospora.
5) Ciri-ciri
a)
Mempunyai lembaran yang sering yang disebut
selada air.
b)
Terdapat di daerah berpantai.
c)
Merupakan tumbuhan thallus.
d)
Berbentuk benang.
6) Fisiologi
a)
Cara hidup dari ganggang ini yaitu dengan
melakukan fotosintesis untuk menghasilkan protein dan amilum
b)
Menghasilkan O2 dari fotosintesis.
7) Peranan
: penghasil O2 yg diperlukan oleh hewan laut.
b. Gracilaria tikvahiae
Gracilaria
tikvahiae adalah spesies yang sangat oportunistik umum
di muara dan teluk, terutama di mana pelepasan nutrisi, menyebabkan baik
musiman atau sepanjang tahun eutrofikasi.
Morfologi sangat bervariasi, dengan warna mulai dari hijau gelap ke warna merah
dan coklat, dengan cabang-cabang luar yang dapat berupa agak pipih atau bentuk
silinder. Hal ini dapat ditemukan di dilindungi, teluk diam, serta di habitat
pantai energi tinggi. Spesies ini tumbuh bebas atau menempel pada batu atau substrat , dan dapat mencapai ketinggian 30 cm.
Gracilaria
tikvahiae tumbuh sampai kedalaman sekitar 10 m, tetapi
paling sering terjadi pada kedalaman kurang dari 1 m. Gracilaria tikvahiae dapat tumbuh secara vegetatif selama waktu
yang tidak terbatas waktu dan telah terbukti memiliki tingkat pertumbuhan
tinggi di bawah non-membatasi cahaya dan nutrisi kondisi. Produktivitas spesies
ini bisa setinggi apapun tanaman terestrial di bumi. Akibatnya, hal itu telah
menjadi fokus dari beberapa penelitian menjadi nilai komersial, terutama
sebagai penghasil hydrocolloids seperti agar-agar dan karaginan. Gracilaria tikvahiae berlimpah
sepanjang jangkauan. Hal ini dapat menjadi sangat dominan di daerah eutrofikasi
yang tinggi.
Optimum pertumbuhan Gracilaria tikvahiae
terjadi antara 24-30°C. Hal ini dapat bertahan hidup, tetapi tidak tumbuh pada
suhu di bawah 12°C. Suhu, lebih dari intensitas cahaya, adalah faktor penting
yang mempengaruhi variasi musiman dalam jumlah protein, karbohidrat, dan R-Phycoerythrin
: Klorofil rasio (rasio photopigments merah ke hijau photopigment primer) di Gracilaria tikvahiae. Selama nutrisi
tidak membatasi, protein dan karbohidrat tingkat cenderung menunjukkan hubungan
terbalik untuk kedua temperatur dan cahaya, penurunan seiring dengan
meningkatnya temperatur dan cahaya.
Sebagai spesies oportunistik, Gracilaria tikvahiae lebih mampu
mentolerir kondisi eutrofik dari beberapa ganggang lainnya. Dalam kondisi
eutrofik, itu terakumulasi tikar lajang yang padat yang bisa mencapai lebih
dari 0,5 m dengan ketebalan dan account selama lebih dari 90% dari biomassa
alga berdiri. Agregasi semacam ini sering menimbulkan sangat lingkungan mengurangi kaya amonia dan rendah oksigen Gracilaria
tikvahiae mentolerir. hipoksia relatif baik, dan cenderung mengurangi
tingkat respirasi seluler dalam rangka untuk mengimbangi kondisi lingkungan
yang buruk.
Di bawah kondisi laboratorium, fotosintesis
bersih dan pertumbuhan Gracilaria
tikvahiae menurun ketika pH media kultur meningkat di atas 8,0
2.
Divisi
Bryophyta
Bryophyta berasal dari bahasa yunani yang
berarti “tumbuhan lumut “, pada umumnya lumut berwarna
hijau, karena mempunyai sel–sel dengan plastid yang menghasilkan klorofil a dan
b, dengan demikian lumut bersifat autotrof. Tubuh lumut dapat dibedakan antara
sporofit dan gametofitnya.
Ciri–Ciri
Tubuh dari Bryophyta yaitu : Sel–sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri
dari selulosa. Pada semua tumbuhan yang
tergolong lumut terdapat persamaan bentuk susunan gametangiumnya (anteredium maupun arkegonium) terutama susunan
arkegoniumnya, mempunyai susunan yang khas
yang sering kita jumpai pada tumbuhan paku (pteridophyta).
Batang
dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susunan yang berbeda–beda,
jika batangnya
dilihat secara melintang tampak bagian–bagian sebagai berikut :
a. Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya
memanjang membentuk rizoid– rizoid epidermis.
b. Lapisan kulit dalam yang tersusun atas
beberapa lapisan sel dinamakan korteks.
c. Silinder pusat terdiri dari sel–sel
parenkimatik yang memanjang dan berguna untuk mengangkut air dan garam–garam
mineral (makanan). Jadi pada tumbuhan lumut belum terdapat floem maupun xylem.
Daun lumut umumnya setebal satu lapis sel,
kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu lapis sel. Sel–sel daun kecil, sempit panjang dan mengandung kloroplas yang
tersusun seperti jala. Pada tumbuhan lumut hanya terdapat pertumbuhan memanjang
dan tidak ada pertumbuhan membesar. Rizoid tampak seperti rambut/benang –
benang, berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap
air serta garam–garam mineral (makanan). Struktur sporofit (sporogonium) tubuh
lumut terdiri atas:
a.
Vaginula , kaki yang diselubungi sisa
dinding arkegonium.
b.
Seta atau tangki
c.
Apofisis,
yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dan
kotak spora
d.
Kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak spora
e.
Kolumela, jaringan yang tidak ikut
mengambil bagian dalam pembentukan spora.
Riccia fluitans
Berbentuk talus
seperti pita, kurang lebih 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging,
bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah yang tidak begitu
menonjol. Pada sisi bawah terdapat sisik-sisik perut dan rizoid-rizoid ysng
bersifat fototrop negatif. Permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula
sehingga hampir mungkin di lalui air. Sisa-sisa jaringan talus berupa sel-sel
yang tidak mengandung klorofil dan berguna sebagai tempat penimbunan zat
makanan cadangan. Gametangium didukung oleh suatu cabang talus yang tumbuh
tegak. Riccia fluitans (lumut hati),
mempunyai ciri-ciri :
a.
Talus seperti pita, kurang lebih 2 cm lebarnya,
agak tebal, berdaging, bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk
tengah yang tidak begitu menonjol.
b.
Pada sisi bawah terdapat sisik-sisik perut dan
rizoid-rizoid ysng bersifat fototrop negatif.
c.
Permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula
sehingga hampir mungkin di lalui air.
d.
Sisa-sisa jaringan talus berupa sel-sel yang
tidak mengandung klorofil dan berguna sebagai tempat penimbunan zat makanan
cadangan.
e.
Gametangium didukung oleh suatu cabang talus
yang tumbuh tegak.
3.
Divisi
Pteridophyta
Tumbuhan
paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya
tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar,
batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji.
Seperti warga divisi – divisi yang telah dibicarakan sebelumnya, alat
perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora.
Warga
tumbuhan paku amat heterogen, baik ditinjau dari segi habitus maupun cara
hidupnya, lebih–lebih bila diperhitungkan pula jenis paku yang telah punah. Ada
jenis–jenis paku yang sangat kecil dengan daun–daun yang kecil–kecil pula
dengan struktur yang masih sederhana, ada pula yang besar dengan daun–daun yang
mencapai ukuran panjang sampai 2m atau lebih dengan struktur yang rumit.
Tumbuhan paku purba ada yang mencapai tinggi sampai 30m dengan garis tengah
batang sampai 2m, dari segi cara hidupnya ada jenis–jenis paku yang hidup
teresterial (paku tanah), ada paku epifit, dan ada paku air. Dimasa yang silam (jutaan
tahun yang lalu), hutan–hutan di bumi kita terutama tersusun atas warga tumbuhan
paku yang berupa pohon–pohon yang tinggi besar, dan kita kenal sisa–sisanya sekarang
sebagai batu bara. Jenis–jenis yang sekarang ada jumlahnya relative kecil
(lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah warga divisi lainnya) dapat
dianggap sebagai relic (peninggalan) suatu kelompok tumbuhanyang dimasa jayanya
pernah pula merajai bumi kita ini, yaitu dalam zaman paku (Palaeozoicum). Jenis–jenis
yang sekarang masih ada sebagian sebagian besar bersifat higrofit. Mereka lebih
menyukai tempat–tempat yang teduh dengan derajat kelembaban yang tinggi, paling
besar mencapai ukuran tinggi beberapa meter saja, seperti terdapat pada
marga Cyathea dan Alsophila, yang warganya masih berhabitus
pohon dan kita kenal antara lain di Indonesia sebagai paku tiang.
Seperti Bryophyta, pada Pteridophytapun
terdapat daur kehidupan yang menunjukkan adanya dua keturunan yang bergiliran. Gametofitnya
mempunyai beberapa perbedaan dengan gametofit lumut, walaupun sama–sama terdiri
atas sel-sel yang haploid. Gametofit pada tumbuhan paku
dinamakan protalium, dan protalium ini hanya berumur beberapa minggu saja.
Besarnya paling banyak hanya beberapa cm saja, bentuknya menyerupai thallus
hepaticae. Umumnya protalium itu berbentuk jantung, berwarna hijau dan melekat
pada substratnya dengan rhizoid-rhizoid. Padanya terdapat anteridium (biasanya
pada bagian yang sempit) dan arkegonium (dekat dengan lekukan bagian yang
melebar). Pembuahan hanya dapat berlangsung jika ada air. Baik anteridium
maupun arkegonium terdapat pada sisi bawah protalium di antara rhizoid –
rhizoidnya.
Pada
kebanyakan tumbuhan paku (filicinae), sporanya mempunyai sifat–sifat yang sama,
dan setelah berkecambah akan menghasilkan suatu protalium yang mempunyai anteridium
maupun arkegonium. Jenis–jenis paku yang menghasilkan spora yang berumah satu
dan sama besar itu dinamakan paku homospor atau isospor. Pada golongan tumbuhan
paku lainnya (selaginellales, Hydropteridales) protaliumnya
tidak sama besar dan berumah dua. Pemisahan jenis kelamin telah terjadi pada
pembentukan spora, yang selain berbeda jenis kelaminnya pun berbeda ukurannya.
Yang
besar, mengandung banyak makanan cadangan dinamakan makrospora atau megaspora,
dan terbentuk dalam makro atau megasporangium, dan pada waktu perkecambahan tumbuh
menjadi protalium yang agak besar yang mempunyai arkegonium. Protalium ini
dinamakan Makroprotalium atau protalium betina.
Yang
kecil dinamakan mikrospora dan dihasilkan dalam microsporangium. Mikrospora
akan tumbuh menjadi mikroprotalium atau protalium jantan. Padanya terdapat
anteridium selain jenis–jenis paku homospor dan heterospor, ada pula jenis–jenis
paku yang sporangiumnya menghasilkan spora yang sama besar, tetapi berbeda
jenis kelaminnya. Tumbuhan paku dengan sifat demikian itu dianggap sebagai
bentuk peralihan antara yang isospor dan yang heterospor
a. Davallia tyermanii
Davallia
tyermanii memiliki dedaunan yang indah mengkilap hijau
gelap. Akar rhizomatous memiliki bulu putih yang menarik pada mereka yang
tampak seperti kaki kelinci yang lembut itu, rimpang berbulu panjang minimal 2
.3 inci panjang. Kaki kelinci putih adalah ideal untuk menggantung atau tumbuh
dalam pot tanah liat. Bagi tanaman saat penuh sesak Davallia tyermannii juga dapat tumbuh di terarium atau sebagai
tanaman indoor pot, tempat itu di mana ia dapat menerima cahaya tidak langsung.
Adapun ciri-ciri dari alga ini adalah :
1)
Reproduksi seksual dan aseksual.
2)
Mengandung khlorofil a dan b, beta, gamma
karoten dan santhofil.
3)
Berwarna hijau
4)
Persediaan (cadangan) makanan berupa kanji dan
lemak.
5)
Dalam dinding selnya terdapat selulosa, sylan dan
mannan.
6)
Memiliki thilakoid
7)
Dalam plastiada terdapat pirenoid sebagai
tempat penyimpanan produk hasil sintesis.
8)
Thallus satu sel, berbentuk pita, berupa
membaran, tubulat, dan kantong atau bentuk lain.
a) Ciri
talus :
1.
Ada yang bersatu dan bersel banyak (koloni)
2.
Bentuk tubuh ada yang bulat, filament,
lembaran, dan ada yang menyerupai tumbuahn tinggi, misalnya bryopsis,
3.
Kloroplasnya beraneka bentuk dan ukurannya, ada
yang seperti mangkok, seperti busa, seperti jala, dan seperti bintang,
4.
Pada pirenoid yang terdapat pada kloroplas
ganggang hijau motil dan pada sel reproduktif yang bergerak terdapat stigma
(bintik mata merah).
5.
Pada sel yang dapat bergerak terdepat vakuola
kontraktil didalam sitoplasmanya, vakuola ini berfungsi sebagai alat
osmoregulasi.
6.
Inti ganggang ini memiliki membrane, sehingga
bentuknya tetap, disebut eukarion.
7.
Pada ganggang hijau yang bergerak terdapat dua
flagella yang sama panjang, macamnya adalah stikonematik, pantonematik, dan
pantokronematik.
b) Habitat
Habitat ganggang ini diair tawar, air laut, tanah–tanah yang basah, ada pula yang hidup di tempat–tempat kering.
Habitat ganggang ini diair tawar, air laut, tanah–tanah yang basah, ada pula yang hidup di tempat–tempat kering.
c) Cara
hidup
Ganggang
hiaju hidup secara autotrof.
d) Reproduksi
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan zoospore, yaitu spora yang dapat bergerak atau berpindah tempat. Reproduksi aseksualnya berlangsung secara konjugasi. Hasil konjugasi berupa suatu zigospora, zigospora tidak mempunyai alat gerak. Sel tumbuhan dipisahkan oleh dinding sel yang transparan.
Dinding sel adalah struktur di luar membran plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk membesar. Dinding sel mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel. Dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana (gula).
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan zoospore, yaitu spora yang dapat bergerak atau berpindah tempat. Reproduksi aseksualnya berlangsung secara konjugasi. Hasil konjugasi berupa suatu zigospora, zigospora tidak mempunyai alat gerak. Sel tumbuhan dipisahkan oleh dinding sel yang transparan.
Dinding sel adalah struktur di luar membran plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk membesar. Dinding sel mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel. Dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana (gula).
a.
Umumnya Eukariotik, berinti satu atau banyak
(Kanositik)
b.
Bersifat binthik atau planktonik.
b. Pteris vitata
Paku ini merupakan satu marga dari Pteris
biaurita dan Pteris ensiformis. Habitat dari tumbuhan ini tidak jauh dari
tumbuhan paku yang lainnya, biasanya tumbuhan paku ini banyak ditemukan di
daerah-daerah yang lembab. Adapun ciri-ciri dari tumbuhan paku ini memiliki
perakaran serabut, dan perawakan dari tanaman paku ini adalah herba, akar
berwarna coklat dan memiliki ciri pada saat masih muda kuncup daunnya
menggulung dan ini merupakan ciri khusus dari tumbuhan paku dari marga ini.
Secara umum, Pteris merupakan paku tanah.
Tumbuhan yang termasuk dalam kelompok ini adalah paku-paku yang hidup di tanah,
tembok dan tebing terjal. Tumbuhan ini termasuk herba atau berkayu, akarnya
merupakan akar serabut
a.
Habitat
Pteris
vittata termasuk paku tanah yaitu paku-pakuan yang hidup
di tanah, tembok, dan tebing terjal. Kebanyakan jenis paku ini banyak tumbuh
pada batu-batu atau pada tebing sungai, yang menyukai kelembapan. Rimpangnya
menjalar pada pemukaan batuan dan akar-akarnya masuk ke celah-celah batu.
Tumbuh paku ini banyak ditemukan liar di bagian-bagian dari dunia, seperti
Amerika tropis, Asia tropis, India, Negeri China, Jepang, Barat Indies, Afrika
selatan, Australia Austria, Selandia Baru dan Eropa.
b.
Deskripsi Morfologi Pteris vittata
1)
Akar
Akar
paku ini adalah serabut yang tidak bercabang atau monopodial. Terletak pada
seluruh permukaan rimpang, bentuk akar tipis dan kasar berwarna coklat.
2)
Batang
Batang Pteris vittata berbentuk bulat beralur
secara longitudinal, beruas-ruas panjang dan kaku, permukaan pada batangnya
halus tetapi perlu diketahui bahwa batang paku-pakuan tidak selalu halus,
tetapi kadang-kadang dihiasi dengan bentukan seperti rambut atau sisik berwarna
hitam atau coklat, lapisan lilin dan sisa-sisa tangkai. Pada batangnya tidak di
terdapat rambut, ukuran batangnya biasanya sekitar ±40 cm, dan diameternya
adalah ±25cm. Ukuran batang pada paku-pakuan sangat bervariasi dari beberapa
millimeter (mm) sampai beberapa centimeter (cm), warna batang Pteris vittata hijau kecoklatan. Dan
bentuk percabangannya adalah percabangan menyirip.
3)
Daun
Jenis
daun Pteris vittata adalah majemuk
menyirip, tepi daunya halus atau tidak bergerigi, tepi daunnya rata. Terdapat
ental, pada kelompok paku-pakuan
mempunyai bentuk yang khas yang berbeda dengan daun tumbuh-tumbuhan lainya,
sehingga biasa disebut ental (frond). Bentuk daunya memanjang, berukuran ±3,5
cm, daun paku-pakuan sangat bervariasi ukurannya dari yang berukuran beberapa
milimeter (mm) sampai berukuran centimeter (cm). Daun Pteris vittata tergolong anisofil yaitu daunya terdiri dari dua
ukuran yaitu yang satu lebih besar dari yang lainnya.
Warna
daun pada Pteris vittata adalah hijau
tua, peruratan (vernasi) menyirip, ujung-ujungnya bergabung dengan urat lain
sehingga memperlihatkan garis yang dekat dengan tepi. Tekstur daun adalah
helaian atau seperti selaput (tekstur daun tumbuhan paku bervariasi seperti
selaput atau helaian atau seperti selaput tebal atau kulit). Permukaan daunnya
halus atau gundul. Tangkai daun berukuran ±28cm.
4)
Ciri-ciri khusus
Pteris vittata
termasuk dimorfisme yaitu, antara sporofil dan tropofil dalam satu individu
berbeda bentuk atau ukuranya. Daun tropofil adalah daun yang berfungsi untuk
proses fotosintesis sedangkan daun sporofil merupakan penghasil spora.
c.
Sistem Reproduksi Pteris vittata
1)
Spora
Sporofil,
Susunan sporofil pada sporofit bervariasi, mulai dari yang tidak berkelompok
sampai yang berkelompok. Sporofil yang berkelompok ada yang tersusun antara
lain longgar dan tidak longgar.
Kumpulan
sporangium (sorus) berada pada bagian tepi bawah daun, sorus berwarna coklat
dan terletak berjejer. Sporangium merupakan kapsul yang berbentuk kanta
dwicembung. Dinding sporangium terdiri satu atau beberapa lapisan sel , kecuali
pada bagian tepinya terdapat suatu lapisan sel berdinding tebal yang
mengelilingi sebagian kapsul yang dinamakan anulus. Pada bagian ujung lingkaran
terdapat satu kumpulan sel yang pipih yang dikenali sebagai stomium. Apabila
sporangium masak sel stomium akan pecah dan membebaskan spora yang terdapat
didalamnya. Sporangium pada Pteris
vittata berbentuk seperti jantung atau agak bulat atau oval. Indisiumnya
berbentuk menyerupai cangkir.
Sorus
merupakan satu seperti yang ditemui pada Ophioglossum, atau berbentuk garis
panjang seperti pada genus Pteris atau yang bulat seperti genus Phymatodes.
Kedudukan dan susunan sorus amat penting karena ia akan menentukan genus dan
spesis paku pakis.
Indusium
adalah suatu lapisan pelindung untuk melindungi sporangium terutama yang masih
muda. Ada sorus yang tidak dilindungi oleh indusium yang dikenali sebagai sorus
yang telanjang. Sementara yang dilengkapi dengan indusium terdapat dua jenis.
Jenis yang pertama dinamakan indusium sejati yang mana lapisan tisunya berupa
penutup melengkok terdiri daripada dua ruangan dengan bahagian tengah berhubungan
dan mengikatkannya kepada permukaan daun. Manakala lapisan pelindung yang hanya
berupa pelebaran dari bahagian tepi daun yang bengkok dinamakan indusium palsu.
Reproduksi
tumbuhan paku lebih rumit jika dibandingkan dengan tumbuhan berpembuluh lainnya.
Proses reproduksi hanya akan terjadi jika cukup kandungan air di lingkungan
hidupnya sampai proses reproduksi selesai. Akibatnya tumbuhan paku tidak akan
bereproduksi jika kadar air di lingkungannya kurang.
Pteris
merupakan pakis homospor yang mempunyai tipe gametofit yaitu tipe jantung, tipe
gametofit ini yang paling umum. Protaliumnya berbentuk pipih, alat kelamin
(gametangium) terletak pada permukaan ventral (bawah), arkegonium biasanya
terletak didekat takik, anteridium umumnya terletak di antara rizoid. Tidak
semua daun pada Pteris memiliki sorus (sori), daun paku yang memiliki sorus
merupakan daun fertil yang disebut daun sporofil, jika daun sporofil (daun
fertil) diletakkan di atas permukaan kertas polos, maka bentuk spora akan
terlihat seperti serbuk bedak berwarna hitam, ciklat, kemerahan, kuning atau
hijau tergantung jenis tumbuhan pakunya. Masing-masing spora akan tumbuh
menjadi paku dewasa melalui proses yang kompleks, dan daun paku yang tidak
memiliki sorus disebut daun steril .
2)
Gamet
Gametofit
berukuran sangat kecil hanya setengah inchi dan dapat diamati dengan
menggunakan alat pembesar seperti mikroskop. Gametofit memiliki dua set organ
reproduksi, antheridium (jantan) dan archegonium (betina). Antheridium berisi
sperma sedangkan archegonium berisi sel telur, masing-masing terletak di
permukaan gametofitnya. Sperma akan bergerak kearah sel telur jika lingkungan
sekitar dalam keadaan lembab.
d.
Manfaat Pteris
vittata
Pteris vittata
dimanfaatkan sebagai kemampuan ”hyperaccumulate” (menyerap sejumlah arsenic)
yang besar dari lahan. Selain itu Pteris
vittata sebagai bioremediation potensial. Pada umumnya tumbuhan paku
tersebut digunakan sebagai tanaman hias yang ditanam dalam pot, yang biasanya
orang menanam sebagai tanaman pembatas.
BAB V
PENUTUP
1.
Tumbuhan Cryptogamae dibagi menjadi 3
Divisi yaitu Thallophyta, Bryophyta, dan
Pteridophyta.
2.
Algae (ganggang) merupakan tumbuhan yang belum
mempunyai akar, batang, dan daun yang sebenarnya.
3.
Spesies algae yang ditemukan di pantai krakal
yaitu Gracilaria tikvahiae termasuk
dalam classis Rhodophyceae dan species Ulva
sp termasuk dalam classis Chlorophyceae.
4.
Bryophyta atau tumbuhan lumut merupakan
tumbuhan yang tingkat perkembangnya lebih tinggi daripada Thallophyta.
5.
Spesies Bryophyta yang ditemukan disekitar
kampus UMS yaitu Riccia fluitans yang
termasuk dalam classis Hepaticae.
6.
Pteridophyta atau tumbuhan paku adalah tumbuhan
yang berkembangbiak dengan spora, bukan dengan biji.
7.
Spesies Pteridophyta yang ditemukan di sekitar
kampus UMS yaitu
Davallia
tyermannii yang termasuk dalam classis Filicinae dan Pteris vitata yang juga termasuk dalam
classis Filicinae.
8.
Dari praktikum kerja lapangan di Krakal,
mencari dan mengamati 2 spesies Algae
9.
Dari praktikum kerja lapangan mandiri, mencari
dan mengamati 1 spesies Bryophyta dan 2 spesies Pteridophyta.
B. SARAN
1. Diharapkan
peserta PKL lebih disiplin waktu , supaya kegiatan PKL dapat berjalan dengan
lancar .
2. Peserta PKL diharapkan dapat
menguasai materi-materi terlebih dahulu , supaya mudah dalam mengamati
preparat-preparatnya tersebut .
3. Diharapkan PKL tahun berikutnya
lebih baik , tertib , dan disiplin waktu agar PKL dapat berjalan dengan lancar
.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin. 2012. Ganggang Merah. http://nuzulularifin.blogspot.com. Jakarta
: Diakses tanggal 19 Desember 2012
Aryantha,Nyoman P.,dkk. 2012. http://www.sith.itb.ac.id/herbarium.
Bandung : Diakses tanggal 19 desember 2012.
Steenis, C.G.G.J. Van. 2006. Flora : Untuk
Sekolah di Indonesia. Jakarta : Pradnya Paramita.
Tallei, Trina E, dkk. 2008. Kajian Beberapa
Jenis Tumbuhan Paku sebagai Bioakumulator Arsen. Pasific Journal, Vol 1(3),
September 2008, hlm 263-267. ISSN 1907-9672
Tim LIPI. 1980. Jenis Paku Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi
Tumbuhan Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Widhiastuti, Retno, dkk. 2006. Struktur dan
Komposisi Tumbuhan Paku-Pakuan di Kawasan Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo.
Jurnal Biologi Sumatera, Vol. B8 No.2, Juli 2006, hlm 38-41. ISSN 190-5537.
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_tumbuhan
Fairground Casino, Hotel & Spa
ReplyDeleteFairground Casino offers the best 바카라사이트 of both worlds. betway It is 메리트카지노 the ultimate place to enjoy a stay and play casino games and slots for an enjoyable stay